BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan
berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan penting dalam berbagai
aspek kehidupan. Dengan terampil berbahasa seseorang dapat mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan dan perasaannya kepada orang lain baik secara lisan maupun
secara tulisan.
Pengajaran
bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu
berkomunikasi dengan baik, secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa
berkomunikasi berkaitan erat dengan kemampuan siswa berbahasa. Kemampuan
berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills), keterampilan menulis (writing skill) (Tarigan, 2005:1).
Kompetensi membaca sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Hal ini terkait dengan banyaknya fungsi dan tujuan membaca.
Keterampilan membaca sebagai hal penting dalam memahami suatu teks. Kemampuan
dalam menangkap informasi diperoleh dengan banyak membaca. Di sekolah kemampuan
membaca sebagai hal penting yang harus dilakukan siswa dalam menerima
pelajaran..
Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba
menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan
seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain (Keraf,
1994:34).
Menurut Kosasih (2011:22) paragraf merupakan bagian
dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah
paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas
daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah
kalimat. Kalimat-kalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah
gagasan tertentu. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan
gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan
perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak
ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan
sama sekali (Keraf, 1994: 36). Jadi tujuan orang membaca yaitu untuk menemukan
sebuah informasi yang ingin diutarakan penulis melalui beberapa lambang tulisan
yang mengacu pada satu ide pokok.
Permasalahan siswa dalam memahami isi bacaan
terbukti dari kurang mampunya siswa dalam menemukan ide pokok dalam suatu
artikel. Hal ini ditegaskan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa
Indonesia kelas X ibu Emi Norma Saragih, S.Pd, 4 Februari 2014 dengan rata-rata
siswa mendapatkan nilai 60-65 masih belum tuntas dengan KKM di sekolah SMA Negeri
1 Serbajadi untuk mata pelajaran bahasa Indonesia 75. Dengan persentase
ketuntasan siswa 50 % siswa tuntas pada materi menemukan ide pokok dengan
jumlah siswa sebanyak 40 siswa.
Kegiatan
ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Andini Ayuningtyas
(2010) dengan judul “Efektivitas Strategi Latihan Terhadap Peningkatan
Kemampuan Menemukan Ide Pokok pada Artikel Siswa Kelas XII SMA Negeri 1
Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011” menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa
pada kelas konvensional sebesar 71,38
dalam kategori baik dengan identifikasi kecenderungan yang termasuk
kategori baik sebanyak 19 orang atau 52,78%, dan kategori cukup sebanyak 10
orang atau 27,77%. Penelitian yang membahas permasalahan kesulitan menemukan
ide pokok siswa juga di lakukan pada penelitian oleh Ismatul Maula dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat untuk Menemukan Ide Pokok Menggunakan
Metode P2R dan Question dengan Pola Horizontal pada Siswa Kelas X.1 Salafiyah
Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun Pelajaran 2012/2013” menyatakan bahwa menemukan
ide pokok pada siswa kelas X.1 MAS Simbangkulon Buaran, rata-rata masih
mencapai 50,21 atau dikategorikan kurang baik sehingga siswa dikatakan belum
tuntas untuk menemukan ide pokok paragraf.
Dari fenomena yang
terjadi tersebut maka saat ini diperlukan metode yang lebih relevan
sebagai pengganti metode ceramah. Metode ceramah mengakibatkan siswa tidak
aktif dalam belajar, dan fokus pembelajaran hanya pada guru sehingga siswa
tidak berpikir kritis, maka dari itu diperlukan solusi metode yang efektif
untuk merangsang minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode
menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang
tidak menggunakan metode pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 72-73).
Dalam hal metode ini peneliti menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 91-92) metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan.
Jadi dapat disimpulkan metode problem solving (pemecahan masalah) adalah metode yang efektif
dalam pembelajaran karena mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis dalam
mempelajari pembelajaran. Metode problem
solving (pemecahan masalah) ini dapat digunakan dalam kegitan pembelajaran
menemukan ide pokok dengan menyediakan waktu untuk siswa berpikir kritis
terhadap topik yag dibahas dalam artikel untuk menemukan ide pokok yang sesuai
yang harus diselesaikan siswa. Pemberian metode yang relevan membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik. Tujuan pengunaan metode problem solving (pemecahan masalah)
dengan mengembangkan kemampuan berpikir terutama di dalam mencari sebab akibat
dan tujuan dari suatu masalah, memberikan kepada pengetahuan dan kecakapan
praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Terhadap Kemampuan Menemukan Ide Pokok Dalam Artikel Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Serbajadi” Tahun Pembelajaran 2013/2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah,
perlu dilakukan identifikasi masalah yang jelas. Dalam pembahasan masalah ini,
ada beberapa yang perlu dipahami yaitu:
1. Siswa
masih sulit membedakan jenis-jenis paragraf.
2. Kemampuan
siswa dalam menemukan ide pokok dalam artikel.
3. Teknik
yang masih monoton sehingga kurang memotivasi siswa dalam meningkatkan
kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel.
4. Guru
kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan
materi menemukan ide pokok dalam artikel.
1.3 Pembatasan masalah
Untuk
memudahkan peneliti menyelesaikan masalah ini, maka peneliti membatasi masalah
ini hanya pada tahap untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode problem solving (pemecahan masalah)
terhadap kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok dalam artikel oleh Siswa kelas
X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di
atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana
tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun
Pembelajaran 2013/2014 dalam menemukan ide pokok dalam artikel dengan
menggunakan metode pembelajaran problem
solving (pemecahan masalah)?
2. Bagaimana
tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun
Pembelajaran 2013/2014 dalam mencari ide pokok dalam artikel dengan menggunakan
metode ceramah?
3. Apakah
metode problem solving (pemecahan
masalah) lebih efektif dibandingkan metode ceramah dalam mencari ide pokok
dalam artikel dengan menggunakan motode pembelajaran problem solving (pemecahan
masalah) siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014?
1.5 Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang
telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel sebelum
penerapan metode problem solving oleh
siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.
2. Untuk
mengetahui bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel setelah
penerapan metode problem solving oleh
siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.
3. Untuk
mengetahui apakah metode pembelajaran problem
solving berpengaruh signifikan terhadap kemampuan menemukan ide pokok dalam
artikel siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.
1.6 Manfaat penelitian
Setelah tujuan penelitian ini
tercapai, hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai penambah ilmu
pengetahuan mengenai tentang menulis puisi, hasil penelitian yang akan akan
dilakukan semoga dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan. Secara
rinci adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sumber informasi bagi pembaca khususnya guru bahasa indonesia dalam pengajaran
menemukan ide pokok dalam artikel.
2. Sebagai
penambah pengetahuan bagi si pembaca tentang masalah yang akan teliti.
3. Sebagai
bahan bandingan untuk penelitian lebih lanjut, jika meneliti masalah yang sama.
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA
KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoretis
Kerangka
teoretis dalam suatu penelitian berarti
rancangan-rancangan teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
konsep yang akan diteliti. Arikunto (2000: 107) mengatakan bahwa “kerangka
teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang
terkandung di dalam penelitian”. Kemudian menurut Sugiyono (2010: 52). “ Landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error).
Adanya landasan teoretis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data”. Mengingat pentingnya teori maka dalam uraian
ini penulis akan memberikan uraian dari variabel yang akan diteliti.
1.
Metode
Problem Solving (Pemecahan Masalah)
a.
Pengertian
problem solving (pemecahan masalah)
Menurut
Syaiful & Aswan Zain (2006: 91) bahwa “Metode Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan”.
Menurut
Gulo (2002: 111) menyatakan bahwa “problem
solving (pemecahan masalah) adalah metode yang mengajarkan penyelesaian
masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara
menalar”.
Menurut Syaiful & Aswan Zain, penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) ini
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya
masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa dengan
taraf kemampuannya.
b. Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan
lain-lain.
c. Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
d. Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut
betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali
tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan
metode-metode lainnya seperti demontrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik
kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi.
Menurut
Gulo (2002: 113) penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain sebagai berikut:
a. Penyelesaian
masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini di gunakan pada
masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk
penampilannya. Apabila cara-cara yang digunakan ini melembaga, maka cara
penyelesaian masalah ini disebut cara tradisional. Dalam hal ini penyelesaian
masalah menjadi kurang (tidak) rasional.
b. Penyelesaian
masalah secara intuitif. Masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi
berdasarkan intuisi atau firasat.
c. Penyelesaian
masalah dengan cara trial & error. Penyelesaian masalah dilakukan dengan
coba-coba sehingga akhirnya ditemukan penyelesaian yang tepat. Percobaan yang
dilakukan tidak berdasarkan hipotesis, tetapi secara acak.
d. Penyelesaian
masalah secara otoritas. Penyesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan
seseorang.
e. Penyelesaian
masalah secara metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik.
f. Penyelesaian
masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses
deduksi dan induksi.
b.
Langkah-langkah
metode problem solving (pemecahan
masalah)
1.
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam
bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
Tabel I
Tahap-tahap
|
Kemampuan yang diperlukan
|
1.Merumuskan masalah
|
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
|
2.Menelaah masalah
|
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari
berbagai sudut.
|
3.Merumuskan hipotesis
|
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternatif
penyelesaian.
|
4.Mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
|
Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk
diagram, gambar, tabel.
|
5.Pembuktian hipotesis
|
Kecakapan menelaah, dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan
menghitung.
Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
|
6.Menentukan pilihan
penyelesaian
|
Kecakapan membuat alternatif penyelesaian. Kecakapan menilai pilihan dengan
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
|
2.
Penyelesaian masalah menurut Lawrence
Senesh dalam bukunya W. Gulo (2002: 116). Penyelesaian masalah itu sendiri
berada dalam tahap pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaiannya sebagai
berikut:
1. Menemukan gejala-gejala problematik
2. Mempelajari aspek-aspek permasalahan
3. Mendefinisikan masalah
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan
5. Menyelesaikan masalah
3.
Penyelesaian masalah menurut David Johnson
& Johnson dalam bukunya W. Gulo (2002:116)
Penyelesaian masalah menurut David Johnson & Johnson ini dilakukan
melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran
diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat
kontroversial, masalahnya dianggap penting (important),
urgen dan dapat diselesaikan. Bahan-bahan ini dapat diambil dari kliping atau
peristiwa-peristiwa di sekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya dilakukan
sebagai berikut.
1. Mendefenisikan Masalah
Perumusan masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:
a.
Kemukakan kepada siswa peristiwa yang
bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan. Kemudian minta
kepada setiap siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana.
Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya di papan tulis tanpa
mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b.
Setiap pendapat ditinjau kembali dengan
meminta penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret
beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang lebih tepat, atau
dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat. Akhirnya, kelas
memilih satu perumusan yang paling tepat yang dapat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis Masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk
kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya
masalah.
3. Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang
cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara
berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi.
4. Menentukan dan Menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana
yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan-
pertimbangan yang cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?
6. Skenario kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar:
Tabel II
Kegiatan siswa
|
Langkah kegiatan
|
Kegiatan guru
|
Catatan
|
1.
Menanggapi
|
Perumusan masalah
|
Menjelaskan
|
Hand out
|
2.
Mendengar, bertanya, mencatat
|
Penjelasan singkat
|
Menjelaskan prosedur
|
Hand out
|
3.
Menyatakan rumusan masalah
|
Perumusan masalah
|
Mengemukakan masalah, mencatat pendapat siswa.
|
|
4.
Membentuk kelompok
|
Pembentukan kelompok
|
Memimpin pembentukan kelompok
|
|
5.
Membagi tugas kelompok
|
Kerja kelompok
|
Memantau kelompok
|
|
6.
Merumuskan alternatif-alternatif
|
Menjejaki berbagai alternatif
|
Memantau kelompok
|
Masalah, isu, alternatif, hipotesis
|
7.
Klasifikasi pendapat anggota kelompok
|
Diskusi kelompok
|
Mengarahkan
|
|
8.
Membandingkan pendapat kelompok
|
Diskusi kelas
|
Mengarahkan
|
Metode pengambilan keputusan:
a. Disetujui semua
kelompok
b. Suara terbanyak
c. Kelompok minoritas
d. Otoritas
e. Pendapat rata-rata
|
9.
Partisipasi sumbang pendapat
|
Tindak lanjut
|
Mencatat dan merumuskan keputusan
|
|
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah
yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem
solving sebagai berikut:
1.
Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah
kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu
masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan
yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari
berbagai sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan
data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai
bahan pembuktian hipotesis.
4.Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis
kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang
telah terkumpul.
5.Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan
pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan
membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan
mengambil keputusan.
c.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Problem Solving (Pemecahan
Masalah)
Menurut
Syaiful & Aswan Zain (2006) metode problem solving (pemecahan masalah)
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan
metode problem solving(pemecahan
masalah)
a. Metode
ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses
belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan
bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
c. Metode
ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental
dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahan.
2. Kekurangan
Metode Problem Solving
a.
Menentukan suatu masalah yang tingkat
kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya
serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerluka
kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode
pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja, padahal, untuk
siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan
yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b.
Proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyk dan sering
terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan
mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesuliran tersendiri bagi siswa.
2.
Metode
Ceramah
1.
Pengertian
Metode Ceramah
Metode
ceramah adalah metode pengajaran yang sangat sederhana karena kesederhanaannya
inilah maka metode ini paling banyak digunakan. Dengan metode ini, pengajaran
disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Sejalan dengan hal di atas
Pupuh dan Sobry (2007:61) dalam Istarani
(2012: 5) mengatakan, “metode ceramah ialah sebuah metode mengajar
dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru
memberikan uraian mengenai topik tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu
pula”.
Pendapat
di atas relevan dengan apa yang dikatakan oleh Syaiful & Aswan Zain (2006:
97) mengatakan, “ metode ceramah adalah
metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar mengajar”.
Menurut
Ahmad Sabri (2010: 50) mengatakan bahwa “metode ceramah adalah metode yang
dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan.
Interaksi guru dan siswa banyak menggunakan bahasa lisan. Dalam metode ceramah
ini yang mempunyai peran utama adalah guru.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan metode ceramah adalah cara penyajian
pembelajan secara lisan disampaikan kepada siswa mengenai topik tertentu. Dalam
metode ini guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran.
2.
Langkah-langkah
menggunakan metode ceramah.
Menurut
Ahmad Sabri (2010: 51-52) mengemukakan langkah-langkah menggunakan metode
ceramah, pada umumnya ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni:
persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan kesimpulan. Langkah-langkah metode
ceramah yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Langkah
persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik
sebelum mengajar dimulai.
2. Tahap
penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.
3. Tahap
asosiasi (komparasi), artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima. Untuk itu
pada tahap ini diberikan/disediakan tanya jawab dan diskusi.
4. Tahap
generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah,
umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceramahkan.
5. Tahap
aplikasi evaluasi. Tahap terakhir ini, diadakann penilaian terhadap pemahaman
siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi biasanya dalam bentuk
lisan-tulisan, tugas, dan lain-lain.
3.
Keunggulan
dan kelemahan metode ceramah
a.
Kelebihan metode ceramah
Menurut
Rostiyah N.K (2008: 138) dalam Istarani (2012:11) metode ceramah adalah metode mengajar yang
tradisional, yang digunakan oleh setiap guru sudah lama sekali, namun kita
masih mengakui bahwa metode ceramah ini mempunyai keunggulan, seperti yang kita
lihat bahwa:
1. Guru
akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran,
disebabkan mereka melakukan kegiatan yang sama.
2. Bila
ada murid yang tidak mendengarkan atau mempunyai kesibukan akan segera
diketahui, kemudian diberikan teguran/peringatan, sehingga mereka kembali
memperhatikan pelajaran dari guru.
3. Bagi
guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah,
kegiatan siswa yang sejenis itu tidak perlu guru membagi-bagi perhatian,
anak-anak serempak mendengarkan guru.
4. Guru
sepenuh perhatian dapat memusatkan pada kelas, yang sedang bersama-sama
mendengarkan pelajarannya.
Menurut
Syaiful & Azwan Zain (2006: 97) kelebihan metode ceramah adalah sebagai
berikut:
1. Guru
mudah menguasai kelas
2. Mudah
mengorganisasikan tempat duduk/kelas
3. Dapat
diikuti oleh jumlah siswa yang besar
4. Mudah
mempersiapkan dan melaksanakannya
5. Guru
mudah menerangkan pelajaran dengan baik
b. Kelemahan
metode ceramah
Menurut
Rostiyah N.K dalam Istarani (2012: 12) mengatakan bahwa “setiap metode tidak
lepas dari kelemahan, begitu juga metode ceramah ini memiliki kelemahan pula,
yang perlu dipahami agar bila guru menggunakan metode ceramah telah disertai
usaha mengatasi kelemahan-kelemahan itu pula sehingga penggunaan metode ceramah
lebih berdaya guna dan berhasil guna”. Adapun kelemahan yang dapat kita lihat
ialah:
1. Guru
tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya.
2. Apakah
ketenangan/kediaman mereka dalam mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa
mereka telah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru? Hal itu masih perlu
dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut. Apakah dengan sifat diam itu berarti
siswa disiplin patuh mendengarkan pelajaran dengan baik? Atau tidak kemungkinan
bahwa siswa asyik mendengarkan hal yang lain.
3. Dalam
menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang berbeda mengenai
apa yang kita jelaskan kepada mereka, baik mengenai kata-kata maupun
istilahnya, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga lain dengan apa yang
dimaksudkan oleh guru.
Adapun
kelemahan metode ini menurut Syaiful & Aswan Zain (2006: 97) adalah:
1. Mudah
menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2. Yang
visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.
3. Bila
selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4. Guru
menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar
sekali.
5. Menyebabkan
siswa menjadi pasif.
3.
Pengertian menemukan
Depdikbid
(1999: 1035) dituliskan, “Menemukan adalah mendapatkan sesuatu yang belum ada
sebelumnya”. Ali (1997: 525) mengatakan, “Menemukan adalah mendapati, mempertemukan,
menjadikan supaya bertemu sesuatu”. Winarsih (1991: 532) mengatakan “ menemukan
adalah mendapatkan atau menghasilkan sesuatu yang tadinya belum ada atau belum
diketahui”.
Berdasarkan
pendapat di atas maka pengetian menemukan adalah kemampuan seseorang untuk
mendapatkan sesuatu hal yang belum ada. Menemukan adalah mendapatkan barang
atau sesuatu yang dicari.
4. Pengertian Ide Pokok Paragraf
Menurut kosasih
(2003: 22) menyatakan “paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau
bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan
gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu,
paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat itu saling
bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu”.
Menurut Kunjana
Rahardi (2010: 101) menyatakan,
“Paragraf adalah
satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di
dalam paragraf itu harus disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat
dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf
itu satu hal lagi yang harus dicatat di dalam sebuah paragraf, yakni bahwa
paragraf itu harus merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh”.
Menurut Soedarso
(1991: 66)” paragraf adalah kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf
mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf
merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca”.
Berdasarkan
pendapat di atas maka pengertian paragraf adalah susunan kalimat yang disusun
secara padu yang mempunyai satu ide pokok atau satu gagasan tertentu untuk
memudahkan pembaca memahaminya.
Menurut Kosasih
(2003: 22) “Dalam pengungkapan gagasan itu, sebuah paragraf didukung oleh
unsur-unsur tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Unsur-unsur itu disebut
dengan gagasan utama dan gagasan penjelas”.
Menurut Kunjana
Rahardi (2010: 103) menyatakan,
“paragraf itu
harus mengandung pertalian yang logis antarkalimatnya. Tidak ada satu pun
kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan
dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan
sebuah keharusan. Sama persis dengan sebuah kalimat yang dituntut memiliki
pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki
ide pokok atau pikiran pokok itu. Tanpa ide pokok demikian itu, sebuah kumpulan
kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf”.
Menurut
Kosasih (2003: 22) menyatakan,
“Gagasan utama
adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan
gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit atau secara implisit.
Gagasan utama yang eksplisit dijumpai dalam jenis paragraf deduktif, induktif,
atau paragraf campuran. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama diwakilkan pada
sebuah kalimat utama yang letaknya bisa di awal, di akhir, atau di awal dan di
akhir paragraf. Sementara itu, gagasan utama yang implisit umumnya dijumpai
dalam paragraf deskripsif atau naratif. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama
tersebut pada seluruh kalimat dalam paragraf itu”.
Menurut Gorys
Keraf (1994:36), “ setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan
gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan
perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang
tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai
hubungan sama sekali. Bila satu kesatuan yang tidak mempunyai hubungan
disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu”.
Menurut Soedarso
(1991: 66),“ Dalam satu paragraf ada
kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf,
kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang menguraikan, menjelaskan,
melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan contoh-contoh ide pokok”.
Menurut Soedarso
(1991: 66-67) “lazimnya ide pokok berada di awal paragraf, di tengah paragraf,
di awal dan di akhir paragraf, atau adakalanya di seluruh paragraf”.
Menurut Kunjana
Rahardi (2010: 105) “letak kalimat utama yang menjadi ide pokok berada di awal
paragraf, di akhir paragraf, di dalam paragraf, di awal dan di akhir paragraf,
dan tersirat di dalam kalimat”.
1. Kalimat
utama di awal paragraf
Kemungkinan
posisi kalimat utama yang pertama adalah di awal paragraf
Menurut kosasih
(2003: 22) “Tidak ada ciri umum tentang suatu kalimat utama. Yang jelas, secara
maknawi, kalimat utama menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isi kalimat
dalam paragraf itu. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat
diidentifikasi dengan mudah”. Kalimat itu antara lain, ditandai oleh kata-kata
kunci berikut.
a.
Sebagai
kesimpulan............
b.
Yang
penting.........
c.
Jadi,
...............
d.
Dengan
demikian..............
e.
Intinya........
f.
Pokoknya.
g.
Pada
dasarnya..............
4. Gagasan
penjelas
Gagasan
penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan
penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat, kalimat yang mengadung
gagasan penjelas disebut kalimat penjelas. Sesuai dengan namanya, kalimat
penjelas dapat berisikan:
a. Uraian-uraian
b. Contoh-contoh
c. Ilustrasi-ilustrasi
d. Kutipan-kutipan
e. Gambaran-gambaran
yang sifatnya parsial.
5. Pengertian Artikel
Menurut Haris
Sumadiria (2009:1) menyatakan bahwa: “Artikel adalah tulisan lepas berisi opini
seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan
atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi
dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca
(rekreatif)”.
Menurut George
Fox Mott dalam A. Shahab (2007: 12) menyatakan bahwa:
“Sebuah artikel
haruslah antisipatif, interpretatif, dan provokatif, mengapa harus antisipatif
karena sebuah artikel harus disesuaikan aktualitas topiknya, dengan waktu
kemunculannya dalam suatu penerbitan. Dengan begitu, membuat pembaca merasa
bahwa arikel tersebut sesuatu yang baru atau up to date. Artikel juga harus interpretatif maksudnya tulisan
tersebut berkaitan dengan latar belakang suatu berita atau peristiwa yang
pernah diberitakan sebelumnya. Atau isi tulisan menjelaskan hubungannya dengan
peristiwa yang baru terjadi. Lalu artikel harus provokatif karena tujuannya
memang untuk memenuhi kebutuhan intelektual pembaca bukan kebutuhan
emosionalnya”.
a. Karakteristik
Artikel
Menurut
Haris Sumadiria (2009: 4) menyatakan artikel yang ditulis untuk komsumsi surat
kabar atau majalah memiliki tujuh karakteristik:
1. Ditulis
dengan atas nama (by line story).
2. Mengandung
gagasan aktual dan atau kontroversial.
3. Gagasan
yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian terbesar khalayak pembaca
4. Ditulis
secara referensial dengan visi intelektual.
5. Disajikan
dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif.
6. Singkat
dan tuntas.
7. Orisinal.
b. Jenis-jenis
Artikel
Menurut
Menurut Haris Sumadiria (2009: 8) secara umum artikel dapat dibedakan menurut
jenis serta tingkat kesulitan yang dihadapinya, antara lain:
1.
Artikel praktis
Artikel praktis, lebih banyak bersifat
petunjuk praktis tentang cara melakukan sesuatu (how to do it), misalnya
petunjuk cara membuka internet, cara praktis merawat tanaman bonsai, sepuluh
langkah membuat kue tart, kiat ramping dan cantik dalam 15 hari, atau cara
cepat menguasai rumus dan hitungan matematika.
2.
Artikel ringan
Artikel ringan, lazim ditemukan pada
rubrik anak-anak, remaja, wanita, dan keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak
mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajiannya yang ringan pula,
dalam arti tidak menguras pikiran kita. Topik bahasan seperti kiat sukses
belajar di perguruan tinggi, benarkah Anda tipe orang ambisius, sepuluh ciri
wanita setia, atau sembilan kelemahan pria di mata wanita, termasuk ke dalam
kategori artikel ringan.
3.
Artikel halaman opini
Artikel opini lazim ditemukan pada
halaman khusu opini bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana,
karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu
masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis
akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap ditulis
oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian,
atau pengalaman, memadai di bidangnya masing-masing.
4.
Artikel analisis ahli
Artikel analisis ahli, biasa kita temukan
pada halaman muka, halaman-halaman berita, atau halaman dan rubrik-rubrik
khusus tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau
pakar dibidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Artikel analisis
ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi
sorotan dan bahan pembicaraan hangat masyarakat. Topik yang diangkat dan dibahas macam-macam, seperti
ekonomi, politik, pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, dan iptek.
B.
Kerangka
Konseptual
Dalam
kerangka teoritis telah dijabarkan dan disimpulkan hal-hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini. Pada kerangka konseptual, penulis menyajikan
konsep dasar yang sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan.
Ada
dua metode pembelajaran menemukan ide pokok dalam artikel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu metode problem
solving (pemecahan masalah) dengan metode ceramah. Metode problem solving (pemecahan masalah)
merupakan kelompok eksperimen dan metode ceramah disebut kelompok kontrol.
Kedua metode tersebut digunakan untuk melihat hasil pembelajaran yang mana yang
lebih efektif dipakai dalam pembelajaran menemukan ide pokok.
Model
Problem Solving (pemecahan masalah)
merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan metode berpikir dan di
dalam pembelajaran, di mulai dengan mengumpulkan data sampai menarik kesimpulan
dari pembelajaran tersebut.
Dalam
metode problem solving (pemecahan
masalah) siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan proses menalar.
Beberapa
langkah yang dimiliki metode problem
solving(pemecahan masalah) sehinggga efektif untuk diterapkan dalam
pembelajaran menemukan ide pokok yaitu:
(1) adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. (2) mencari data atau
keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. (3) menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. (4) menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut. (5) menarik kesimpulan
Pada
metode problem solving (pemecahan
masalah) berlangsung dalam bentuk kegiatan kemampuan berpikir siswa di dalam
menarik sebab akibat dan tujuan masalah memberikan kepada siswa pengetahuan dan
kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan kegiatan menemukan ide pokok yang terdapat di dalam artikel, mempermudah
siswa dalam pembelajaran sehingga metode ini lebih menarik dan efektif.
Pada
metode ceramah pembelajaran lansung secara satu arah lewat suara yang diterima
secara langsung yang mengakibatkan siswa pasif hanya sebagai pendengar.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara guru menjelaskan secara singkat
topik yang diajarkan dengan diselingi berbagai contoh, kemudian memberikan
alasan-alasan dan tugas-tugas latihan dan prosedur tertentu.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka diduga metode problem
solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran menemukan ide pokok dalam
artikel lebih efektif daripada metode ceramah.
C.
Hipotesis
Penelitian
Menurut
Arikunto (2010: 110),” Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul”. Maka dapat ditetapkan hipotesis penelitian yang diajukan
dalam penelitian ini adalah motode problem solving (pemecahan masalah)terhadap
kemampuan menemukan ide pokok oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.
Emperor Casino Online Casino Review – Get 125 Spins
BalasHapusEnjoy a 100% up to €150 no deposit bonus + 125 free spins. Play for fun & win! No deposit 제왕카지노 required. Play casino slots for real money right from 1xbet your phone. 인카지노