Rabu, 12 Maret 2014

SKRIPSI SAYA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan terampil berbahasa seseorang dapat mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan perasaannya kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tulisan.

Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik, secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi berkaitan erat dengan kemampuan siswa berbahasa. Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis (writing skill) (Tarigan, 2005:1).

Kompetensi membaca sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Hal ini terkait dengan banyaknya fungsi dan tujuan membaca. Keterampilan membaca sebagai hal penting dalam memahami suatu teks. Kemampuan dalam menangkap informasi diperoleh dengan banyak membaca. Di sekolah kemampuan membaca sebagai hal penting yang harus dilakukan siswa dalam menerima pelajaran..

Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun  dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain (Keraf, 1994:34).

Menurut Kosasih (2011:22) paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali (Keraf, 1994: 36). Jadi tujuan orang membaca yaitu untuk menemukan sebuah informasi yang ingin diutarakan penulis melalui beberapa lambang tulisan yang mengacu pada satu ide pokok.

Permasalahan siswa dalam memahami isi bacaan terbukti dari kurang mampunya siswa dalam menemukan ide pokok dalam suatu artikel. Hal ini ditegaskan dengan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia kelas X ibu Emi Norma Saragih, S.Pd, 4 Februari 2014 dengan rata-rata siswa mendapatkan nilai 60-65 masih belum tuntas dengan KKM di sekolah SMA Negeri 1 Serbajadi untuk mata pelajaran bahasa Indonesia 75. Dengan persentase ketuntasan siswa 50 % siswa tuntas pada materi menemukan ide pokok dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa.

Kegiatan ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Andini Ayuningtyas (2010) dengan judul “Efektivitas Strategi Latihan Terhadap Peningkatan Kemampuan Menemukan Ide Pokok pada Artikel Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011” menyatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas konvensional sebesar 71,38  dalam kategori baik dengan identifikasi kecenderungan yang termasuk kategori baik sebanyak 19 orang atau 52,78%, dan kategori cukup sebanyak 10 orang atau 27,77%. Penelitian yang membahas permasalahan kesulitan menemukan ide pokok siswa juga di lakukan pada penelitian oleh Ismatul Maula dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat untuk Menemukan Ide Pokok Menggunakan Metode P2R dan Question dengan Pola Horizontal pada Siswa Kelas X.1 Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun Pelajaran 2012/2013” menyatakan bahwa menemukan ide pokok pada siswa kelas X.1 MAS Simbangkulon Buaran, rata-rata masih mencapai 50,21 atau dikategorikan kurang baik sehingga siswa dikatakan belum tuntas untuk menemukan ide pokok paragraf.

Dari fenomena yang  terjadi tersebut maka saat ini diperlukan metode yang lebih relevan sebagai pengganti metode ceramah. Metode ceramah mengakibatkan siswa tidak aktif dalam belajar, dan fokus pembelajaran hanya pada guru sehingga siswa tidak berpikir kritis, maka dari itu diperlukan solusi metode yang efektif untuk merangsang minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 72-73).

Dalam hal metode ini peneliti menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 91-92) metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Jadi dapat disimpulkan metode problem solving (pemecahan masalah) adalah metode yang efektif dalam pembelajaran karena mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis dalam mempelajari pembelajaran. Metode problem solving (pemecahan masalah) ini dapat digunakan dalam kegitan pembelajaran menemukan ide pokok dengan menyediakan waktu untuk siswa berpikir kritis terhadap topik yag dibahas dalam artikel untuk menemukan ide pokok yang sesuai yang harus diselesaikan siswa. Pemberian metode yang relevan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Tujuan pengunaan metode problem solving (pemecahan masalah) dengan mengembangkan kemampuan berpikir terutama di dalam mencari sebab akibat dan tujuan dari suatu masalah, memberikan kepada pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) Terhadap Kemampuan Menemukan Ide Pokok  Dalam Artikel Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi” Tahun Pembelajaran 2013/2014.

 

1.2 Identifikasi Masalah

            Agar penelitian ini lebih terarah, perlu dilakukan identifikasi masalah yang jelas. Dalam pembahasan masalah ini, ada beberapa yang perlu dipahami yaitu:

1.      Siswa masih sulit membedakan jenis-jenis paragraf.

2.      Kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok dalam artikel.

3.      Teknik yang masih monoton sehingga kurang memotivasi siswa dalam meningkatkan kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel.

4.      Guru kesulitan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi menemukan ide pokok dalam artikel.

1.3 Pembatasan masalah

Untuk memudahkan peneliti menyelesaikan masalah ini, maka peneliti membatasi masalah ini hanya pada tahap untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode problem solving (pemecahan masalah) terhadap kemampuan siswa dalam menemukan ide pokok dalam artikel oleh Siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014.

1.4 Rumusan Masalah

            Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1.      Bagaimana tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014 dalam menemukan ide pokok dalam artikel dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving (pemecahan masalah)?

2.      Bagaimana tingkat rata-rata kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014 dalam mencari ide pokok dalam artikel dengan menggunakan metode ceramah?

3.      Apakah metode problem solving (pemecahan masalah) lebih efektif dibandingkan metode ceramah dalam mencari ide pokok dalam artikel dengan menggunakan motode pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi Tahun Pembelajaran 2013/2014?

1.5 Tujuan penelitian

            Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel sebelum penerapan metode problem solving oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.

2.      Untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel setelah penerapan metode problem solving oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.

3.      Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran problem solving berpengaruh signifikan terhadap kemampuan menemukan ide pokok dalam artikel siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.

 

1.6 Manfaat penelitian

            Setelah tujuan penelitian ini tercapai, hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai tentang menulis puisi, hasil penelitian yang akan akan dilakukan semoga dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan. Secara rinci adalah sebagai berikut:

1.      Sebagai sumber informasi bagi pembaca khususnya guru bahasa indonesia dalam pengajaran menemukan ide pokok dalam artikel.

2.      Sebagai penambah pengetahuan bagi si pembaca tentang masalah yang akan teliti.

3.      Sebagai bahan bandingan untuk penelitian lebih lanjut, jika meneliti masalah yang sama.

 

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A.    Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis dalam suatu  penelitian berarti rancangan-rancangan teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang konsep yang akan diteliti. Arikunto (2000: 107) mengatakan bahwa “kerangka teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung di dalam penelitian”. Kemudian menurut Sugiyono      (2010: 52). “ Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoretis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data”. Mengingat pentingnya teori maka dalam uraian ini penulis akan memberikan uraian dari variabel yang akan diteliti.

 

1.      Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)

a.      Pengertian problem solving (pemecahan masalah)

Menurut Syaiful & Aswan Zain (2006: 91) bahwa “Metode Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan”.

Menurut Gulo (2002: 111) menyatakan bahwa “problem solving (pemecahan masalah) adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar”.

Menurut Syaiful & Aswan Zain, penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa dengan taraf kemampuannya.

b.      Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

c.       Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

d.      Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demontrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

e.       Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Menurut Gulo (2002: 113) penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut:

a.       Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini di gunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk penampilannya. Apabila cara-cara yang digunakan ini melembaga, maka cara penyelesaian masalah ini disebut cara tradisional. Dalam hal ini penyelesaian masalah menjadi kurang (tidak) rasional.

b.      Penyelesaian masalah secara intuitif. Masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.

c.       Penyelesaian masalah dengan cara trial & error. Penyelesaian masalah dilakukan dengan coba-coba sehingga akhirnya ditemukan penyelesaian yang tepat. Percobaan yang dilakukan tidak berdasarkan hipotesis, tetapi secara acak.

d.      Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.

e.       Penyelesaian masalah secara metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik.

f.       Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi.

b.      Langkah-langkah metode problem solving (pemecahan masalah)

1.    Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:

Tabel I

Tahap-tahap
Kemampuan yang diperlukan
1.Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2.Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3.Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternatif penyelesaian.
4.Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, tabel.
5.Pembuktian hipotesis
Kecakapan menelaah, dan membahas data, kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung.
Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat alternatif penyelesaian. Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

2.    Penyelesaian masalah menurut Lawrence Senesh dalam bukunya W. Gulo (2002: 116). Penyelesaian masalah itu sendiri berada dalam tahap pengembangan dengan langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut:

1. Menemukan gejala-gejala problematik

2. Mempelajari aspek-aspek permasalahan

3. Mendefinisikan masalah

4. Menentukan ruang lingkup permasalahan

5. Menyelesaikan masalah

3.     Penyelesaian masalah menurut David Johnson & Johnson dalam bukunya W. Gulo (2002:116)

Penyelesaian masalah menurut David Johnson & Johnson ini dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat kontroversial, masalahnya dianggap penting (important), urgen dan dapat diselesaikan. Bahan-bahan ini dapat diambil dari kliping atau peristiwa-peristiwa di sekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut.

1. Mendefenisikan Masalah

Perumusan masalah ini di dalam kelas dilakukan sebagai berikut:

a.    Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan. Kemudian minta kepada setiap siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana. Tampunglah setiap pendapat mereka dengan menulisnya di papan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.

b.   Setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta penjelasan dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang lebih tepat, atau dirumuskan kembali perumusan-perumusan yang kurang tepat. Akhirnya, kelas memilih satu perumusan yang paling tepat yang dapat dipakai oleh semua.

2. Mendiagnosis Masalah

Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan mendiskusikan sebab – sebab timbulnya masalah.

3. Merumuskan Altenatif Strategi

Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi.

4. Menentukan dan Menerapkan Strategi

Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup kritis, selektif, dengan berpikir kovergen

5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi

Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :

(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?

(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

6. Skenario kegiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar:

Tabel II

Kegiatan siswa
Langkah kegiatan
Kegiatan guru
Catatan
1.    Menanggapi
Perumusan masalah
Menjelaskan
Hand out
2.    Mendengar, bertanya, mencatat
Penjelasan singkat
Menjelaskan prosedur
Hand out
3.    Menyatakan rumusan masalah
Perumusan masalah
Mengemukakan masalah, mencatat pendapat siswa.
 
4.    Membentuk kelompok
Pembentukan kelompok
Memimpin pembentukan kelompok
 
5.    Membagi tugas kelompok
Kerja kelompok
Memantau kelompok
 
6.    Merumuskan alternatif-alternatif 
Menjejaki berbagai alternatif
Memantau kelompok
Masalah, isu, alternatif, hipotesis
7.    Klasifikasi pendapat anggota kelompok
Diskusi kelompok
Mengarahkan
 
8.    Membandingkan pendapat kelompok
Diskusi kelas
Mengarahkan
Metode pengambilan keputusan:
a.       Disetujui semua kelompok
b.      Suara terbanyak
c.       Kelompok minoritas
d.      Otoritas
e.       Pendapat rata-rata
9.    Partisipasi sumbang pendapat
Tindak lanjut
Mencatat dan merumuskan keputusan
 

 

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:

1.    Merumuskan masalah

      Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.

2.      Menelaah masalah

      Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai sudut.

3.      Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

      Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan pembuktian hipotesis.

4.Pembuktian hipotesis

      Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.

5.Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

      Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan keterampilan mengambil keputusan.

c.       Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Menurut Syaiful  & Aswan Zain (2006) metode problem solving (pemecahan masalah) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

1.      Kelebihan metode problem solving(pemecahan masalah)

a.       Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

b.      Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c.       Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

2.      Kekurangan Metode Problem Solving

a.         Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerluka kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja, padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.

b.        Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyk dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

c.         Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesuliran tersendiri bagi siswa.

2.      Metode Ceramah

1.      Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode pengajaran yang sangat sederhana karena kesederhanaannya inilah maka metode ini paling banyak digunakan. Dengan metode ini, pengajaran disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Sejalan dengan hal di atas Pupuh dan Sobry (2007:61) dalam Istarani  (2012: 5) mengatakan, “metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula”.

Pendapat di atas relevan dengan apa yang dikatakan oleh Syaiful & Aswan Zain (2006: 97)  mengatakan, “ metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar”.

Menurut Ahmad Sabri (2010: 50) mengatakan bahwa “metode ceramah adalah metode yang dilakukan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran di dalam kelas secara lisan. Interaksi guru dan siswa banyak menggunakan bahasa lisan. Dalam metode ceramah ini yang mempunyai peran utama adalah guru.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan metode ceramah adalah cara penyajian pembelajan secara lisan disampaikan kepada siswa mengenai topik tertentu. Dalam metode ini guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pembelajaran.

2.      Langkah-langkah menggunakan metode ceramah.

Menurut Ahmad Sabri (2010: 51-52) mengemukakan langkah-langkah menggunakan metode ceramah, pada umumnya ada tiga langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni: persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan kesimpulan. Langkah-langkah metode ceramah yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1.      Langkah persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum mengajar dimulai.

2.      Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.

3.      Tahap asosiasi (komparasi), artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima. Untuk itu pada tahap ini diberikan/disediakan tanya jawab dan diskusi.

4.      Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceramahkan.

5.      Tahap aplikasi evaluasi. Tahap terakhir ini, diadakann penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi biasanya dalam bentuk lisan-tulisan, tugas, dan lain-lain.

3.      Keunggulan dan kelemahan metode ceramah

a.         Kelebihan metode ceramah

Menurut Rostiyah N.K (2008: 138) dalam Istarani (2012:11)  metode ceramah adalah metode mengajar yang tradisional, yang digunakan oleh setiap guru sudah lama sekali, namun kita masih mengakui bahwa metode ceramah ini mempunyai keunggulan, seperti yang kita lihat bahwa:

1.      Guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang sama.

2.      Bila ada murid yang tidak mendengarkan atau mempunyai kesibukan akan segera diketahui, kemudian diberikan teguran/peringatan, sehingga mereka kembali memperhatikan pelajaran dari guru.

3.      Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah, kegiatan siswa yang sejenis itu tidak perlu guru membagi-bagi perhatian, anak-anak serempak mendengarkan guru.

4.      Guru sepenuh perhatian dapat memusatkan pada kelas, yang sedang bersama-sama mendengarkan pelajarannya.

Menurut Syaiful & Azwan Zain (2006: 97) kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut:

1.      Guru mudah menguasai kelas

2.      Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas

3.      Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

4.      Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

5.      Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

 

b.    Kelemahan metode ceramah

Menurut Rostiyah N.K dalam Istarani (2012: 12) mengatakan bahwa “setiap metode tidak lepas dari kelemahan, begitu juga metode ceramah ini memiliki kelemahan pula, yang perlu dipahami agar bila guru menggunakan metode ceramah telah disertai usaha mengatasi kelemahan-kelemahan itu pula sehingga penggunaan metode ceramah lebih berdaya guna dan berhasil guna”. Adapun kelemahan yang dapat kita lihat ialah:

1.      Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya.

2.      Apakah ketenangan/kediaman mereka dalam mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa mereka telah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru? Hal itu masih perlu dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut. Apakah dengan sifat diam itu berarti siswa disiplin patuh mendengarkan pelajaran dengan baik? Atau tidak kemungkinan bahwa siswa asyik mendengarkan hal yang lain.

3.      Dalam menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang berbeda mengenai apa yang kita jelaskan kepada mereka, baik mengenai kata-kata maupun istilahnya, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga lain dengan apa yang dimaksudkan oleh guru. 

Adapun kelemahan metode ini menurut Syaiful & Aswan Zain (2006: 97) adalah:

1.      Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

2.      Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar menerimanya.

3.      Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

4.      Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.

5.      Menyebabkan siswa menjadi pasif.

3.   Pengertian menemukan

 

Depdikbid (1999: 1035) dituliskan, “Menemukan adalah mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya”. Ali (1997: 525) mengatakan, “Menemukan adalah mendapati, mempertemukan, menjadikan supaya bertemu sesuatu”. Winarsih (1991: 532) mengatakan “ menemukan adalah mendapatkan atau menghasilkan sesuatu yang tadinya belum ada atau belum diketahui”.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengetian menemukan adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan sesuatu hal yang belum ada. Menemukan adalah mendapatkan barang atau sesuatu yang dicari.

 

4.  Pengertian Ide Pokok Paragraf

Menurut kosasih (2003: 22) menyatakan “paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu”.

Menurut Kunjana Rahardi (2010: 101) menyatakan,

“Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu satu hal lagi yang harus dicatat di dalam sebuah paragraf, yakni bahwa paragraf itu harus merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh”.

 

Menurut Soedarso (1991: 66)” paragraf adalah kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca”.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian paragraf adalah susunan kalimat yang disusun secara padu yang mempunyai satu ide pokok atau satu gagasan tertentu untuk memudahkan pembaca memahaminya.

Menurut Kosasih (2003: 22) “Dalam pengungkapan gagasan itu, sebuah paragraf didukung oleh unsur-unsur tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Unsur-unsur itu disebut dengan gagasan utama dan gagasan penjelas”.

Menurut Kunjana Rahardi (2010: 103) menyatakan,

“paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antarkalimatnya. Tidak ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan sebuah keharusan. Sama persis dengan sebuah kalimat yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide pokok atau pikiran pokok itu. Tanpa ide pokok demikian itu, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf”.

 

 

Menurut Kosasih  (2003: 22) menyatakan,

“Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit atau secara implisit. Gagasan utama yang eksplisit dijumpai dalam jenis paragraf deduktif, induktif, atau paragraf campuran. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama diwakilkan pada sebuah kalimat utama yang letaknya bisa di awal, di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf. Sementara itu, gagasan utama yang implisit umumnya dijumpai dalam paragraf deskripsif atau naratif. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama tersebut pada seluruh kalimat dalam paragraf itu”.

 

Menurut Gorys Keraf (1994:36), “ setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Bila satu kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu”.

Menurut Soedarso  (1991: 66),“ Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf, kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan contoh-contoh ide pokok”.

Menurut Soedarso (1991: 66-67) “lazimnya ide pokok berada di awal paragraf, di tengah paragraf, di awal dan di akhir paragraf, atau adakalanya di seluruh paragraf”.

Menurut Kunjana Rahardi (2010: 105) “letak kalimat utama yang menjadi ide pokok berada di awal paragraf, di akhir paragraf, di dalam paragraf, di awal dan di akhir paragraf, dan tersirat di dalam kalimat”.

1.      Kalimat utama di awal paragraf

Kemungkinan posisi kalimat utama yang pertama adalah di awal paragraf

Menurut kosasih (2003: 22) “Tidak ada ciri umum tentang suatu kalimat utama. Yang jelas, secara maknawi, kalimat utama menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isi kalimat dalam paragraf itu. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah”. Kalimat itu antara lain, ditandai oleh kata-kata kunci berikut.

a.      Sebagai kesimpulan............

b.      Yang penting.........

c.       Jadi, ...............

d.      Dengan demikian..............

e.       Intinya........

f.        Pokoknya.

g.      Pada dasarnya..............

4.      Gagasan penjelas

Gagasan penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat, kalimat yang mengadung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas. Sesuai dengan namanya, kalimat penjelas dapat berisikan:

a.       Uraian-uraian

b.      Contoh-contoh

c.       Ilustrasi-ilustrasi

d.      Kutipan-kutipan

e.       Gambaran-gambaran yang sifatnya parsial.

 

 

5. Pengertian Artikel

Menurut Haris Sumadiria (2009:1) menyatakan bahwa: “Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif)”.

Menurut George Fox Mott dalam A. Shahab (2007: 12) menyatakan bahwa:

“Sebuah artikel haruslah antisipatif, interpretatif, dan provokatif, mengapa harus antisipatif karena sebuah artikel harus disesuaikan aktualitas topiknya, dengan waktu kemunculannya dalam suatu penerbitan. Dengan begitu, membuat pembaca merasa bahwa arikel tersebut sesuatu yang baru atau up to date. Artikel juga harus interpretatif maksudnya tulisan tersebut berkaitan dengan latar belakang suatu berita atau peristiwa yang pernah diberitakan sebelumnya. Atau isi tulisan menjelaskan hubungannya dengan peristiwa yang baru terjadi. Lalu artikel harus provokatif karena tujuannya memang untuk memenuhi kebutuhan intelektual pembaca bukan kebutuhan emosionalnya”.

 

a.       Karakteristik Artikel

Menurut Haris Sumadiria (2009: 4) menyatakan artikel yang ditulis untuk komsumsi surat kabar atau majalah memiliki tujuh karakteristik:

1.      Ditulis dengan atas nama (by line story).

2.      Mengandung gagasan aktual dan atau kontroversial.

3.      Gagasan yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian terbesar khalayak pembaca

4.      Ditulis secara referensial dengan visi intelektual.

5.      Disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif.

6.      Singkat dan tuntas.

7.      Orisinal.

b.      Jenis-jenis Artikel

Menurut Menurut Haris Sumadiria (2009: 8) secara umum artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat kesulitan yang dihadapinya, antara lain:

1.        Artikel praktis

       Artikel praktis, lebih banyak bersifat petunjuk praktis tentang cara melakukan sesuatu (how to do it), misalnya petunjuk cara membuka internet, cara praktis merawat tanaman bonsai, sepuluh langkah membuat kue tart, kiat ramping dan cantik dalam 15 hari, atau cara cepat menguasai rumus dan hitungan matematika.

2.        Artikel ringan

       Artikel ringan, lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja, wanita, dan keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik bahasan yang ringan dengan cara penyajiannya yang ringan pula, dalam arti tidak menguras pikiran kita. Topik bahasan seperti kiat sukses belajar di perguruan tinggi, benarkah Anda tipe orang ambisius, sepuluh ciri wanita setia, atau sembilan kelemahan pria di mata wanita, termasuk ke dalam kategori artikel ringan.

3.        Artikel halaman opini

       Artikel opini lazim ditemukan pada halaman khusu opini bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman, memadai di bidangnya masing-masing.

4.        Artikel analisis ahli

       Artikel analisis ahli, biasa kita temukan pada halaman muka, halaman-halaman berita, atau halaman dan rubrik-rubrik khusus tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli atau pakar dibidangnya dalam bahasa yang populer dan komunikatif. Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan pembicaraan hangat masyarakat. Topik  yang diangkat dan dibahas macam-macam, seperti ekonomi, politik, pendidikan, sosial, agama, budaya, industri, dan iptek.

B.     Kerangka Konseptual

Dalam kerangka teoritis telah dijabarkan dan disimpulkan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini. Pada kerangka konseptual, penulis menyajikan konsep dasar yang sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan.

Ada dua metode pembelajaran menemukan ide pokok dalam artikel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode problem solving (pemecahan masalah) dengan metode ceramah. Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan kelompok eksperimen dan metode ceramah disebut kelompok kontrol. Kedua metode tersebut digunakan untuk melihat hasil pembelajaran yang mana yang lebih efektif dipakai dalam pembelajaran menemukan ide pokok.

Model Problem Solving (pemecahan masalah) merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan metode berpikir dan di dalam pembelajaran, di mulai dengan mengumpulkan data sampai menarik kesimpulan dari pembelajaran tersebut.

Dalam metode problem solving (pemecahan masalah) siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan proses menalar.

Beberapa langkah yang dimiliki metode problem solving(pemecahan masalah) sehinggga efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran menemukan ide pokok yaitu:          (1) adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. (2) mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. (3) menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. (4) menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. (5) menarik kesimpulan

Pada metode problem solving (pemecahan masalah) berlangsung dalam bentuk kegiatan kemampuan berpikir siswa di dalam menarik sebab akibat dan tujuan masalah memberikan kepada siswa pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Dengan kegiatan menemukan ide pokok yang terdapat di dalam artikel, mempermudah siswa dalam pembelajaran sehingga metode ini lebih menarik dan efektif.

Pada metode ceramah pembelajaran lansung secara satu arah lewat suara yang diterima secara langsung yang mengakibatkan siswa pasif hanya sebagai pendengar. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara guru menjelaskan secara singkat topik yang diajarkan dengan diselingi berbagai contoh, kemudian memberikan alasan-alasan dan tugas-tugas latihan dan prosedur tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diduga metode problem solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran menemukan ide pokok dalam artikel lebih efektif daripada metode ceramah.

C.    Hipotesis Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 110),” Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Maka dapat ditetapkan hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah motode problem solving (pemecahan masalah)terhadap kemampuan menemukan ide pokok oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Serbajadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. Emperor Casino Online Casino Review – Get 125 Spins
    Enjoy a 100% up to €150 no deposit bonus + 125 free spins. Play for fun & win! No deposit 제왕카지노 required. Play casino slots for real money right from 1xbet your phone. 인카지노

    BalasHapus